VIVAnews - Presiden Director Restorasi Habitat Orangutan Indonesia (RHOI), Jamartin Sihite, mengatakan jika masyarakat mampu melindungi dan menyelamatkan orangutan, maka secara tidak langsung akan menyelamatkan hutan. Pasalnya, dengan orangutan hidup bebas di hutan liar, akan menyebabkan dinamika dalam hutan berkembang.
"Orangutan itu spesies payung yang hidup di atas pohon. Ia makan, jalan, lempar bijian ke bawah. Itu membuat bijian semakin tumbuh," kata Jamartin, di Jakarta, 2 Februari 2011.
Apalagi, lanjutnya, saat membuat sarang di pohon orangutan mengkaitkan dahan-dahan pohon, yang membuat sinar matahari masuk ke permukaan tanah."Dengan cahaya matahari terbuka, kehidupan bawah hutan dapat tumbuh cepat. Dinamika hutan menjadi lebih baik," ucapnya.
Ia memperkirakan jumlah habitat orangutan menurun sampai 30 persen dari jumlah habitat orangutan sebanyak 65 ribu pada data 2004.
"Perasaan saya turunnya sekitar itu. Ini akibat dari perluasan dan perubahan lahan hutan," ujarnya.
Pertimbangan Ekonomi
Selain itu, banyak masyarakat yang memandang orangutan dari sisi nilai ekonomi dengan berharap mendapatkan uang yang banyak. Menurutnya, syarat untuk menyelamatkan orangutan yaitu melepaskan ke habitat aslinya yakni hutan liar.
"Biasanya mereka mengambil anak orangutan, terus dijual, terlebih habitat ini makin langka di dunia jadi makin bernilai," ujar Martin.
Saat ini pihaknya masih merehabilitasi 850 orangutan yang didapat dari peliharaan manusia, di pusat rehabilitasi yang ada di Samboja Lestari di Kalimantan Timur sebanyak 230 orangutandan Nyaru Menteng di Kalimantan Tengah sebanyak 620 orangutan. Secara bertahap orangutan tersebut akan dilepaskan ke hutan restorasi. (ren)
0 komentar:
Posting Komentar